Exojol.com – Pandemi semakin hari semakin membuat berbagai sektor perekonomian kian terpuruk. Beragam hal bisa terjadi, tapi yang paling terlihat menonjol saat ini adalah mengapa selalu tertuju pada Ojol.
Awal kita lihat Virus Corona ketika terjadi di Wuhan akhir tahun kemarin, mungkin tidak segelintir orang yang terfikirkan bahwa ternyata efeknya sedahsyat ini. Saya sendiri masih teringat jelas ketika melihat di berita, ada beberapa warga di Wuhan yang tiba-tiba tergeletak secara tiba-tiba dan diamankan oleh tim medis dengan menggunakan Alat Pengaman Diri (APD) lengkap. Ya, masih tersimpan jelas di memori saya berita tersebut yang saya tonton akhir tahun lalu. Siapa sangka, ternyata saat ini kita bisa menyaksikan hal tersebut setiap harinya di media, atau bahkan melihatnya secara langsung di depan mata.
Entah berapa lama rasanya masa sulit sudah dijalani. Rasanya baru seperti kemarin, tapi bagi saya bukan itu. Tetapi saya justru bertanya kapan kita akan benar-benar melewati masa Pandemi ini?
Sebagai seorang yang masih full time berprofesi sebagai Ojek Online, saya masih mencari nafkah seperti biasanya. Ngebid pagi, saya selalu menjalankan order yang masuk. Namun perlahan, Virus Corona mulai menampakkan keganasannya, pendapatan mulai jauh berkurang. Padahal realitanya, beberapa minggu sebelum wabah ini masuk ke negeri kita, akun saya juga lagi sulit-sulitnya untuk mendapatkan order, karena saat itu sedang masa liburan anak sekolah. Makin kesini, terjadi Pembatasan Sosial Berskala Besar, layanan penumpang ditiadakan, hingga perlahan saya membatasi diri dan lebih selektif menerima orderan.
Secercah asa selalu ada dalam fikiran saya. Saya percaya bahwa ketika saya keluar untuk mencari nafkah, saya yakin saya akan mendapatkan rejeki yang sesuai dengan harapan. Ternyata oh ternyata, sangat sangat berat kawan. Jangankan untuk keluarga, untuk biaya saya di jalan ketika menunggu orderan masuk juga tidak sepadan. Besar pasak daripada tiang.
Makin kesini, saya masih tetap yakin dengan secercah harapan yang ada dalam fikiran saya. Walaupun bathin saya melawan bersama rasa pesimis yang selalu menghantui saat hendak berangkat ngebid. Mau pulang malu, karena belum ada pendapatan. Mau ngebid juga segan, karena orderan tak kunjung datang.
Satu hal yang paling saya syukuri di balik semua ini, tapi bukan pula karena saya senang dengan keadaan saat ini. Karena ternyata di negeri kita banyak sekali yang sangat dermawan. Melihat rekan-rekan mendapatkan makan siang gratis dari customer, nasi kotak, sembako, hingga berbentuk uang tunai. Ya, pemandangan itu sepertinya menjadi hal yang dinantikan pastinya oleh setiap driver. Dapat makan gratis, dapat nasi kotak, sembako, tip, hingga uang tunai di tengah orderan yang sangat sangat langka.
Sekali lagi, terima kasih saya ucapkan kepada para dermawan yang mungkin tidak pernah saya ketahui siapakah anda orangnya, atau darimanakah anda orangnya. Yang jelas, saya percaya setiap doa-doa dari rekan-rekan ojol selalu tulus untuk kebaikan anda di tengah masa sulit ini.
Trus Ojol Harus Menjadi diutamakan Begitu?
Inilah ironisnya, bagaikan boomerang bagi rekan-rekan sesama ojek online. Warna hijau yang melekat di aspal bersama kerumunan demi mendapatkan penyambung hidup seakan menciptakan citra buruk tersendiri. Ada banyak pihak yang mencibir, yang menyindir, sampai nyinyir bak buah kecipir. Yah, sudahlah. Mereka anggap ojol sebagai satu profesi yang paling diperhatikan. Banyak diantara mereka yang tidak suka dengan perlakuan wah kepada para ojol. Makan gratis, sembako gratis, hingga tip yang fantastis. Kenapa harus ojol gitu?!?
Klarifikasi dari saya pribadi sebagai seorang yang masih full time sebagai Ojol?
Bapak-bapak, Ibu-ibu, Om-om, Tante-tante, Mas-mas, Mbak-mbak, Kakak-kakak, serta Adik-adik yang saya hormati. Kalau anda memiliki pemikiran negatif tersebut, saya minta tolong, mohon buang jauh-jauh citra #OjolAdalahPengemis. Anda bisa saksikan sendiri di jalan dengan warna hijau kami bagaimana kondisinya. Bukan niat untuk mengemis, tetapi karena kondisi yang 180 derajat berubah, kami terlihat (mungkin) seperti pengemis.
Sulitnya orderan karena menurunnya perekonomian, jenis layanan penumpang yang dihilangkan, hingga pembatasan atau lockdown di banyak tempat seakan membuat kami terlihat tidak jelas. Ya, terus terang saya saja kadang bingung harus menunggu order dimana. Di beberapa titik tempat biasa saya nongrong di lockdown, saya tidak bisa lagi duduk manis penuh senda gurau bersama teman-teman karena tidak boleh berkumpul bersama. Kalau saya nunggu orderan dari rumah, saya tidak bisa fokus karena di area saya spotnya kurang bagus, belum lagi akan ada godaan-godaan dari anak saya yang selalu menarik tangan saya untuk bercanda ria. Kalau saya lanjutkan di rumah, ujung-ujungnya saya tidak mendapatkan penghasilan.
Ini 5 Hal mengapa Ojek Online terlihat paling menonjol saat beragam bantuan datang
Sejak jauh masa sebelum Corona datang, banyak sekali faktor mengapa Ojol selalu terlihat mononjol. Wajar bila kami paling sering terlihat, atau bahkan paling kelihatan banyak berkerumun saat ada pembagian makan atau sembako. Coba feed back dari tahun-tahun lalu, saya ingatkan kamu lagi terhadap hal-hal yang menjadikan ojol terlihat banyak di jalan, terutama saat pembagian nasi kotak dan sejenisnya.
1. Atribut kami serupa, kami adalah hijau
Well, bagi saya ini mungkin sudah kamu ketahui. Sangat cerdas bagi aplikator (Gojek/Grab) menurut saya karena menggunakan warna hijau sebagai backround pada logo mereka. Selain terlihat segar, warna hijau sangat tegas di mata dan mudah di ingat. Itulah kami. Hanya ada 2 perusahaan besar yang selalu berperang dari segi tarif dan menjanjikan layanan terbaik untuk mencuri pelanggan yang setiap di negeri ini. Dan jumlah warna hijau sangat-sangat luar biasa. Bukan hanya di Jakarta, saya percaya di tempat kamu pun begitu.
Wajar bila di jalan terlihat hijau berkerumun. Tapi tahukah kamu, sebenarnya itu bukan kami semua. Tetapi ada beberapa orang yang bernasib sama seperti kami yang juga menggantungkan hidupnya di jalan. Baik itu pedagang asongan, pengemis, pengamen, hingga supir angkot atau taksi, dll. Ya, pakaian yang mereka gunakan tidak terlihat setegas seperti yang kami gunakan seperti ojol. Sehingga, kami tetap terlihat sebagai mayoritas. Sebegitu hebat efek warna hijau telah menghipnotis penglihatan anda kan.
2. Jumlah kami banyak
Walaupun tidak sebanyak jumlah penduduk Jakarta, tetapi bendera serta atribut yang kami gunakan menunjukkan bahwa jumlah ojol yang Indonesia banyak sekali. Saya belum bisa menampilkan secara valid berapa jumlah Ojek Online di Indonesia. Tetapi jumlah kami di setiap sisi jalanan sangat banyak. Terutama di pusat keramaian, baik itu mall, pusat kuliner, terminal, stasiun, hingga bandara. Bahkan, di setiap tikungan gang menuju rumah anda, ojol selalu ada. Mereka selalu mencari tempat yang dianggap nyaman, teduh, dan bersahabat untuk menunggu dan mendapatkan order.
Saat ini, terbit Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 diterbitkanPembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Efeknya, satu layanan yang paling dominan digunakan oleh masyarakat luas, serta layanan yang paling besar memberikan kontribusi pendapatan paling besar bagi ojol harus ditiadakan. Oleh sebab itu, setiap driver harus lebih cerdas dalam mencari orderan, termasuk tempat yang tepat. Dimanakah itu? Walaupun dalam masa PSBB saat ini, spot paling tepat adalah pusat keramaian yang sebagian besar adalah berada di pinggir jalan utama. Padahal faktanya, saya yakin banyak diantara mereka yang mencari tempat tersembunyi agar tidak terlihat jelas di pinggir jalan. Tapi tetap saja jumlah ojol masih terlihat berserakan seperti lalat hijau jalanan. Ya, itulah ojol.
3. Ojek Online itu penuh kebersamaan
Betul atau tidak, percaya atau tidak, tapi itulah sebagian besar yang ada dalam jiwa si Ojek Online. Suka membaur, terlihat aneh saat menyendiri. Kalaupun saya coba untuk menyendiri, beberapa saat kemudian selalu saja ada rekan sesama ojol yang datang, menyapa, dan akhirnya duduk bersama menunggu orderan. Itulah indahnya profesi Ojek Online. Dimana-mana adalah teman, tanpa pandang bulu.
4. Pendapatan bersifat harian
Banyak sekali profesi yang pendapatannya bersifat harian. Walaupun ada segelintir diantara para driver Ojek Online yang memiliki pekerjaan tetap dan ngojek hanya untuk sampingan, tapi untuk saat ini rasanya bisa dikatakan hampir melebihi 75 persen dari jumlah kami adalah full time ojek online. Pandemi tidak membuat kami lelah untuk mencari nafkah di jalan. Karena kalau tidak narik, bagaimana nasib istri dan anak di rumah.
Baik Work From Home atau Stay at Home, Anda tetap #DiRumahAja, biar kami yang di jalan.
5. Sebagian besar adalah Kepala Rumah Tangga
Sebagai kewajiban seorang kepala keluarga, salah satunya adalah mencari nafkah. Sebagian besar para Ojek Online adalah Kepala Rumah Tangga yang turun ke jalan untuk mencari nafkah. Saya pribadi, sebenarnya saya juga takut terpapar Covid-19, tapi kalau saya tidak keluar dan mencari nafkah, bagaimana nasib istri, anak, dan orang tua saya di rumah? So, saya tidak pernah berharap banyak selain bisa mendapatkan order demi order yang saya dapatkan dalam bentuk Rupiah untuk keluarga saya di rumah.
Itulah 5 poin sebagai gambaran mengenai mengapa #OjolBukanPengemis. Rasanya saya sangat iba bercampur benci kalau melihat postingan di Media Sosial, atau share dari group mengenai pihak-pihak yang memberikan citra buruk terhadap Ojek Online.
Mohon maaf apabila ada salah kata, semoga gambaran serta penjelasan di atas bisa dimengerti. Semoga bisa membuat Bapak-bapak, Ibu-ibu, Om-om, Tante-tante, Mas-mas, Mbak-mbak, Kakak-kakak, serta Adik-adik yang saya hormati berfikiran lebih positif dan santuy tentang citra buruk Ojol yang mungkin ada di pikiran anda saat ini.
Salam damai, kita bisa karena bersama. Semoga masa sulit di tengah Pandemi Corona ini segera berakhir dan kita semua dapat beraktivitas seperti biasanya.